Cacing Tubifex sp
Seputar Cacing Sutra - Termasuk ke dalam pilum Annelida, kelas Oligochaeta, subklas Haplotaksida, famili Tubiidae dan genus Tubifex (Yurisman dan Sukendi, 2003). Ciri umum Cacing Tubifex sp adalah memiliki 2 jenis alat kelamin. Sepasang berupa testes, dan sepasang lagi ovarium yang terbentuk pada segmen X dan XI. Reproduksi umumnya seksual (Brinkhurst dan Pinder, 2000).
Priyambodo dan Wahyu ningsih (2001) menjelaskan bahwa tubuh Cacing Tubifex sp berukuran kecing, ramping, bulat, dan terdiri atas 30-60 segmen. Tubuh Cacing Tubifex sp terdiri dari dua lapisan otot yang membujur dan melingkar sepanjang tubuhnya. Panjangnya antara 10-30 mm dengan warna tubuh kemerah-merahan. Spesies ini mempunyai saluran pencernaan berupa celah kecil mulai dari mulut sampai anus. Cacing Tubifex sp ini hidup berkoloni, bagian ekornya berada dipermukaan dan berfungsi sebagai alat bernapas dengan cara difusi langsung dari udara.
Sedangkan Departemen Pertanian (1992) menambahkan dari setiap tubuh Cacing Tubifex sp pada bagian punggung dan perut kekar serta ujung bercabang dua tanpa rambut. Sementara sifat hidup Cacing Tubifex sp menunjukan organisme dasar yang suka membenamkan diri dalam lumpur seperti benang kusut dan kepala terkubur serta ekornya melambai-lambai dalam air kemudian bergerak berputar-putar (Chekanovskaya, 1967).
Kemudian dinyatakan oleh Fadholi et al., (2001) menunjukan bahwa cara makan Cacing Tubifex sp yaitu dipermukaan atau didalam sedimen dengan membuat lubang berupa tabung dan menyaring makanan atau mengumpulkan partikel halus dipermukaan. Makanan tersebut dapat berupa bahan organik dan detritus.
Ciri selanjutnya dinyatakan oleh Sarwosari (1992), bahwa Cacing Tubifex sp ini berwarna merah, karena darahnya mengandung pigmen jenis erythrocrourin, salah satu jenis pigmen darah berwarna merah, makanan utama Cacing Tubifex sp adalah alga, diatom serta detritus dari berbagai macam hewan dan tumbuhan tingkat rendah.
Sama seperti Cacing yang lain, spesies Cacing Tubifex sp ini merupakan jenis hermaprodit tetapi untuk mebuahi sel telurnya diperlukan sperma dari cacing lainya dan berkembang biak dengan car bertelur dari betina yang telah matang telur (Supeni et al., 1994).
Telur Cacing Tubifex sp terjadi di dalam kokon yaitu suatu bangunan berbentuk bulat telur, panjang 1 mm dan diameter 0,7 mm yang dihasilkan oleh kelenjar epidermis dari salah satu segmen tubuh yang disebut kitelum. Telur yang ada di dalam tubuh mengalami pembelahan, selanjutnya berkembang membentuk segmen-segmen. Setelah beberapa hari embrio Cacing Tubifex sp akan keluar dari kokon (Chumadi dan Suprapto, 1986).
Cacing Tubifex sp dewasa dapat menghasilkan kista telurnya yang dapat bertahan dalam kekeringan selam dua minggu dan lebih lama lagi pada daerah pembuangan yang ditutupi oleh sampah (Arkhipova, 1996). Cacing Tubifex sp memiliki oligochaeta yang bergerak dengan kontraksi peristaltik (Seymur, 1969). Kontraksi otot melingkar dan pemanjangan segmen tubuh adalah hal terpenting dalam merangkak berlahan dan selalu menghasilkan tekanan cairan tubuh. Kontraksi otot memajang penting dalam menggali, memperluas galian atau melekatkan diri pada dinding liang yang digali (Barnes, 1974).
Cacing Tubifex sp digunakan sebagai pakan alami untuk benih yang agak besar. Pengertian yang lebih akrab untuk menyebut usaha penyediaan bibit cacing ini adalah Kloning, yaitu penumbuhan cacing dalam klon (bedengan tanah). Namun, untuk menyeragamkan dengan beberapa istilah lain yang telah lazim dipakai, baiklah kita gunakan istilah kultur.
Cacing Tubifex sp sering disebut cacing rambut karena bentuk dan ukurannya seperti rambut. Ukurannya kecil dan ramping, panjang 1-2 cm. Warna tubuhnya kemerah-merahan. Cacing ini termasuk kelompok Nematoda. Tubuhnya beruas-ruas. Cacing Tubifex sp ini memiliki saluran pencernaan. Mulutnya berupa celah kecil, terletak di daerah terminal. Saluran pencernaannya berujung pada anus yang terletak di bagian sub – terminal.
Cacing Tubifex sp banyak hidup di perairan tawar yang airnya jernih dan mengalir. Dasar perairan yang disukai adalah berlumpur dan mengandung bahan organik, makanan utamannya adalah bahan-bahan organik yang telah terurai dan mengendap di dasar perairan. Cacing ini akan membenamkan kepalanya ke dalam lumpur untuk mencari makanan. Sementara ujung ekornya akan disembulkan di atas permukaan dasar untuk bernapas. Perairan yang banyak dihuni Cacing Tubifex sp ini sepintas tampak seperti koloni merah yang melambai-lambai.
Cacing Tubifex sp biasanya hidup disaluran air yang jernih dan sedikit mengalir dengan dasar perairan mengandung banyak bahan organik yang dijadikan bahan makanan. Cacing Tubifex sp hidupnya berkoloni, bagian ekornya berada di permukaan dan berfungsi sebagai alat bernapas dengan cara difusi langsung dari udara. Cacing Sutra (Tubifex sp) merupakan organisme dasar (benthos) yang suka membenamkan diri dalam lumpur seperti benang kusut dan kepala terkubur serta ekornya melambai-lambai dalam air kemudian bergerak dan berputar-putar.
Cacing Tubifex sp mempunyai ciri-ciri sebagai berikut yaitu: 1). Berwarna merah kecoklatan dengan panjang berkisar antara 10-30 mm, yang terdiri dari 30-60 segmen, 2). Memiliki dinding yang tebal yang terdiri dari dua lapis otot yang membujur dan melingkar sepanjang tubuhnya. Perkembangannya dapat dilakukan secara pemutusan ruas tubuh dan pembuahan diri (hermaprodit).
Telur cacing Tubifex sp terjadi dalam kokon yaitu suatu bangunan berbentuk bulat, panjang 1.0 mm dan diameter 0.7 mm yang dihasilkan oleh kelejar epidermis dari salah satu segmen tubuh yang disebut klitelum. Cacing Sutera (Tubifex sp) berkembang dan menghasilkan kokon pertama sekali setelah berumur 40-45 hari. Jadi siklus hidup Cacing Sutera (Tubifex sp) dari telur hingga menetas (menjadi dewasa) dan bertelur kembali membutuhkan waktu 50-37 hari.
Cara makan Cacing Sutra (Tubifex sp) golongan tubifidae yaitu permukaan atau di dalam sedimen dengan membuat lubang berupa tabung dan menyaring makanan atau mengumpulkan partikel halus dipermukaan. Makanan tersebut dapat berupa bahan organik dan detritus.(Jual Cacing Sutra)
Priyambodo dan Wahyu ningsih (2001) menjelaskan bahwa tubuh Cacing Tubifex sp berukuran kecing, ramping, bulat, dan terdiri atas 30-60 segmen. Tubuh Cacing Tubifex sp terdiri dari dua lapisan otot yang membujur dan melingkar sepanjang tubuhnya. Panjangnya antara 10-30 mm dengan warna tubuh kemerah-merahan. Spesies ini mempunyai saluran pencernaan berupa celah kecil mulai dari mulut sampai anus. Cacing Tubifex sp ini hidup berkoloni, bagian ekornya berada dipermukaan dan berfungsi sebagai alat bernapas dengan cara difusi langsung dari udara.
Sedangkan Departemen Pertanian (1992) menambahkan dari setiap tubuh Cacing Tubifex sp pada bagian punggung dan perut kekar serta ujung bercabang dua tanpa rambut. Sementara sifat hidup Cacing Tubifex sp menunjukan organisme dasar yang suka membenamkan diri dalam lumpur seperti benang kusut dan kepala terkubur serta ekornya melambai-lambai dalam air kemudian bergerak berputar-putar (Chekanovskaya, 1967).
Kemudian dinyatakan oleh Fadholi et al., (2001) menunjukan bahwa cara makan Cacing Tubifex sp yaitu dipermukaan atau didalam sedimen dengan membuat lubang berupa tabung dan menyaring makanan atau mengumpulkan partikel halus dipermukaan. Makanan tersebut dapat berupa bahan organik dan detritus.
Ciri selanjutnya dinyatakan oleh Sarwosari (1992), bahwa Cacing Tubifex sp ini berwarna merah, karena darahnya mengandung pigmen jenis erythrocrourin, salah satu jenis pigmen darah berwarna merah, makanan utama Cacing Tubifex sp adalah alga, diatom serta detritus dari berbagai macam hewan dan tumbuhan tingkat rendah.
Sama seperti Cacing yang lain, spesies Cacing Tubifex sp ini merupakan jenis hermaprodit tetapi untuk mebuahi sel telurnya diperlukan sperma dari cacing lainya dan berkembang biak dengan car bertelur dari betina yang telah matang telur (Supeni et al., 1994).
Telur Cacing Tubifex sp terjadi di dalam kokon yaitu suatu bangunan berbentuk bulat telur, panjang 1 mm dan diameter 0,7 mm yang dihasilkan oleh kelenjar epidermis dari salah satu segmen tubuh yang disebut kitelum. Telur yang ada di dalam tubuh mengalami pembelahan, selanjutnya berkembang membentuk segmen-segmen. Setelah beberapa hari embrio Cacing Tubifex sp akan keluar dari kokon (Chumadi dan Suprapto, 1986).
Cacing Tubifex sp dewasa dapat menghasilkan kista telurnya yang dapat bertahan dalam kekeringan selam dua minggu dan lebih lama lagi pada daerah pembuangan yang ditutupi oleh sampah (Arkhipova, 1996). Cacing Tubifex sp memiliki oligochaeta yang bergerak dengan kontraksi peristaltik (Seymur, 1969). Kontraksi otot melingkar dan pemanjangan segmen tubuh adalah hal terpenting dalam merangkak berlahan dan selalu menghasilkan tekanan cairan tubuh. Kontraksi otot memajang penting dalam menggali, memperluas galian atau melekatkan diri pada dinding liang yang digali (Barnes, 1974).
Cacing Tubifex sp digunakan sebagai pakan alami untuk benih yang agak besar. Pengertian yang lebih akrab untuk menyebut usaha penyediaan bibit cacing ini adalah Kloning, yaitu penumbuhan cacing dalam klon (bedengan tanah). Namun, untuk menyeragamkan dengan beberapa istilah lain yang telah lazim dipakai, baiklah kita gunakan istilah kultur.
Cacing Tubifex sp sering disebut cacing rambut karena bentuk dan ukurannya seperti rambut. Ukurannya kecil dan ramping, panjang 1-2 cm. Warna tubuhnya kemerah-merahan. Cacing ini termasuk kelompok Nematoda. Tubuhnya beruas-ruas. Cacing Tubifex sp ini memiliki saluran pencernaan. Mulutnya berupa celah kecil, terletak di daerah terminal. Saluran pencernaannya berujung pada anus yang terletak di bagian sub – terminal.
Cacing Tubifex sp banyak hidup di perairan tawar yang airnya jernih dan mengalir. Dasar perairan yang disukai adalah berlumpur dan mengandung bahan organik, makanan utamannya adalah bahan-bahan organik yang telah terurai dan mengendap di dasar perairan. Cacing ini akan membenamkan kepalanya ke dalam lumpur untuk mencari makanan. Sementara ujung ekornya akan disembulkan di atas permukaan dasar untuk bernapas. Perairan yang banyak dihuni Cacing Tubifex sp ini sepintas tampak seperti koloni merah yang melambai-lambai.
Cacing Tubifex sp biasanya hidup disaluran air yang jernih dan sedikit mengalir dengan dasar perairan mengandung banyak bahan organik yang dijadikan bahan makanan. Cacing Tubifex sp hidupnya berkoloni, bagian ekornya berada di permukaan dan berfungsi sebagai alat bernapas dengan cara difusi langsung dari udara. Cacing Sutra (Tubifex sp) merupakan organisme dasar (benthos) yang suka membenamkan diri dalam lumpur seperti benang kusut dan kepala terkubur serta ekornya melambai-lambai dalam air kemudian bergerak dan berputar-putar.
Cacing Tubifex sp mempunyai ciri-ciri sebagai berikut yaitu: 1). Berwarna merah kecoklatan dengan panjang berkisar antara 10-30 mm, yang terdiri dari 30-60 segmen, 2). Memiliki dinding yang tebal yang terdiri dari dua lapis otot yang membujur dan melingkar sepanjang tubuhnya. Perkembangannya dapat dilakukan secara pemutusan ruas tubuh dan pembuahan diri (hermaprodit).
Telur cacing Tubifex sp terjadi dalam kokon yaitu suatu bangunan berbentuk bulat, panjang 1.0 mm dan diameter 0.7 mm yang dihasilkan oleh kelejar epidermis dari salah satu segmen tubuh yang disebut klitelum. Cacing Sutera (Tubifex sp) berkembang dan menghasilkan kokon pertama sekali setelah berumur 40-45 hari. Jadi siklus hidup Cacing Sutera (Tubifex sp) dari telur hingga menetas (menjadi dewasa) dan bertelur kembali membutuhkan waktu 50-37 hari.
Cara makan Cacing Sutra (Tubifex sp) golongan tubifidae yaitu permukaan atau di dalam sedimen dengan membuat lubang berupa tabung dan menyaring makanan atau mengumpulkan partikel halus dipermukaan. Makanan tersebut dapat berupa bahan organik dan detritus.(Jual Cacing Sutra)
0 komentar: